PT
Astra Honda Motor (AHM) sengaja meluncurkan Honda BeAT untuk menghadapi
Yamaha Mio. Secara terang-terangan Siswanto Prawiroatmojo, Executive
Vice President Director AHM menegaskan dengan pede, pesaing berlambang
garputala itu bakal disikatnya.
Apakah BeAT mampu melibas Mio Sporty? Tim Motor Plus melakukan tes
komparasi terhadap dua raksasa matik di pasar Indonesia ini. Simak
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Safety
Soal keamanan, BeAT memang unggul. Bukan cuma didukung secure key
shutter, tapi juga ada side stand switch dan parking brake lock.
Sehingga bukan cuma motor yang aman, juga pengendaranya.
Kunci kontak dilengkapi pengaman, sulit bagi pencuri sekalipun
menggunakan kunci T. Standar samping dilengkapi sakelar Side stand
switch. Jadi, mesin tak bakal hidup jika standar belum dikaitkan. Jangan
takut motor ngeloyor, sekalipun di parkir di turunan karena dilengkapi
parking brake lock.
Dari sosok bodi, BeAT sedikit lebih kurus dari Vario. Dibanding
kompetitornya, BeAT masih tetap gendut. Terutama bagian samping sedikit
lebih lebar. Sehingga porsi pengendara lebih leluasa walau ketika kaki
ingin selonjor agak sempit dibanding Mio.
Untungnya jarak pijakan kaki depan ditutup fitur EZ rack yang
berfungsi sebagai wadah atau tempat menaruh barang ukuran kecil.
Sementara untuk Mio, fitur ini baru ada jika beli di toko variasi.
Pijakan Kaki Boncenger
Desain pijakan kaki Mio nangkring sebelum pakai footstep model baru.
Tapi sekarang justru diterapkan BeAT meski nyaris sejajar dengan pijakan
pengendara di depan. Sehingga kaki boncenger tidak perlu terlalu nekuk.
Namun kelemahan pijakan model ini, tidak ada alternatif pijakan lain
bila kaki boncenger mulai pegal atau kesemutan karena kaki terlalu
nekuk.
Bagasi Dua Tingkat
Soal luas dan volume bagasi, antara BeAT dan Mio Sporty beda tipis. Cuma
posisinya aja yang beda. Bila Mio di belakang, BeAT di tengah atau
depan tangki.
Tapi lagi-lagi soal keamanan, bagasi BeAT bentuknya bukan cuma datar
dan bisa dicopot dengan mudah. Tapi juga dilengkapi penutup tambahan.
Maklum komponen kelistrikan dan pengapian skubek ini ada di bawah wadah
bagasi. Sehingga air pun dijamin tak rembes sampai ke dalam
Perbandingan Performa
Sesuai hasil pengetesan di jalan, perbandingan laju grafik dynotest juga
menunjukan BeAT menang responsif di putaran awal. Sementara Mio menang
nafas yang lebih panjang di putaran atas.
Pengetesan dyno dengan beban penyemplak 70 kg, BeAT raih power 6,2 dk
saat mencapai 25 km/jam. Kenaikan power nyaris stabil sampai ke putaran
atas. Tapi top-speed sampai pengujian 9.000 rpm, BeAT mentok di kisaran
90 km/jam.
Sementara putaran bawah Mio memang lebih lambat. Mencapai power 6,2
dk setelah di atas 50 km/jam. Tapi, saat power BeAT mulai menurun di
kecepatan 68 km/jam, Mio justru terus naik sampai power maksimal yang
didapat pada kecepatan 78 km/jam.
Tak heran, pada pengujian sampai 9.000 rpm, nafas atas Mio masih bisa
tembus sampai kecepatan 105 km/jam, meski dengan power di bawah 4 dk.
Artinya, BeAT hanya menggigit saat putaran bawah, sedang Mio digdaya
pada putaran atas.
Lanjut ke perbandingan power, meski selisihnya tidak jauh, maksimal
power Mio lebih tinggi yaitu 6,68 dk, dibanding BeAT yang hanya raih
6,61 dk. Ingat, ini pengujian dyno dengan beban orang 70 kg.
Tapi, power maksimal BeAT lebih cepat didapat, yaitu pada 7.000 rpm. Sementara Mio, baru mencapai power maksimal pada 8.000 rpm.
Fakta ini makin menegaskan Mio memang lebih lambat mencapai peak power.
Tapi, capaian yang didapat memang lebih tinggi dibanding BeAT.
Sebagai catatan, pengujian diukur power di roda belakang. Bukan langsung dari mesin seperti yang biasa dilakukan pabrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar